Lima
Tahun lebih Keluarga Miskin Asal Bengkulu ini Makan Daun-Daunan. Allah
SWT Berfirman : “Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara kerena
itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah SWT
supaya kamu mendapat rahmat.”(Al-Hujurat : 10).
Firman Allah : “Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.” (QS. Al-Maidah: 2)
Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya” (H.R. Muslim)
Haristan
(35) dan Kismiati (40), pasangan suami-istri warga Dusun I Desa Lubuk
Sini, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi
Bengkulu, ini terlihat duduk termenung di gubuk rumahnya yang tampak
reot. Di benaknya seolah tersirat bagaimana agar bisa hidup layak
bersama tiga anaknya seperti warga yang lainnya.
Harapan
Haristan dan Kismiati merupakan hal yang manusiawi. Sebab, selama ini
mereka hidup penuh kesusahan. Bahkan untuk bertahan hidup, pasutri
bersama tiga anaknya itu hanya mengonsumsi daun singkong dan kangkung
sejak bertahun-tahun lalu.
“Kalau
tidak ada uang untuk beli beras, terpaksa makan daun singkong dan
terkadang kangkung yang diambil dari rawa-rawa saja. Itu kami makan
tanpa nasi,” kata Haristan.
Perasaan
Haristan semakin tersayat melihat istri dan ketiga anaknya juga harus
tinggal di gubuk reot yang sewaktu-waktu bisa saja roboh diterjang angin
sehingga mengancam keselamatan keluarganya. Sebab, papan yang dijadikan
dinding rumah berukuran sekira 5 x 5 meter itu sudah rapuh.
Bahkan,
atap rumah dari seng yang dihuni keluarga ini banyak sudah berkarat dan
bocor. Sehingga jika hujan turun, mereka tidak bisa tidur dengan
nyenyak dan selalu merasa khawatir.
“Bahan
rumah saya ini diambil dari bekas pondok saat saya berkebun dulu. Mau
beli bahan bangunan yang baru saya tidak ada uang. Jangankan mau beli
barang bangunan, makan setiap hari saja saya bersama istri dan tiga anak
saya saja susah sekali,” ungkap Haristan dengan nada sedih.
Ia
berkisah, sebelum bermukim di Dusun I Desa Lubuk Sini, dirinya mendiami
areal perkebunan di Desa Lubuk Sini. Namun setelah beberapa lama
berdiam di kebun, dirinya tergusur oleh salah satu perusahaan
pertambangan di Kabupaten Bengkulu Tengah.
“Saya
dulu tidak tinggal di sini, tapi di kebun. Waktu tinggal di kebun pun
kami masih juga sering makan pucuk ubi karena tidak ada uang untuk
membeli beras,” ungkap Haristan.
No comments:
Post a Comment